Puisi Jeritan Hati Rakyat Ingin Sejajar Dan Merdeka
Puisi Hati, Rakyat Ingin Merdeka.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
Bumi ini menghampar sangat begitu luas di bumi Nusantara.
Sejauh mata memandang hamparan sawah, palawija, ladang, kebun serta hutan produksi menghampar begitu luasnya..membentang di tiap Daetah dan perkampungan,
Saking luasnya begitu Bangga, kami melihat tanah pertanian yang sangat luas dan tak terbatas Serta sangat subur.
Alam Nusantara begitu melimpah dari hasil tambang Laut, Bumi serta Udara, apabila baik dan benar dalam pengelolaannya.
"..ada sedikit sedih bahwa tanah yang begitu luas itu, sebahagian besar yang menguasainya adalah segelintir orang-orang yang punya duit dan fasility di Negara kita, serta kaum dan orang-orang tertentu di Negeri ini.
Kami ini hanya tergilas menjadi upah buruh yang menjadi hiasan kebanggaan dari luasnya lahan pertanian serta perkebunan.
Apabila kami menengok setelah luasnya sawah, walau ada upah sedikit kami belanja ke kota, di kotapun sudah banyak di kuasai oleh mereka-mereka yang punya tanah tadi.
Apakah siklus kehidupan di negeri ini, ada suatu tatanan yang salah dalam berbagai penerapannya.
Hatiku sedih, kami banting tulang mencari upah buruh, sedang hasil yang kami belanjakan, "..tetap untuk menghidupi mereka-mereka juga rupanya disana.
Kami hanya menggali keringat di sawah dan ladang hasilnya, ternyata begitu hasil keringat kami di lempar ke kota sudah di siapkan kaum mereka-mereka jua...,
Apakah ini sudah menjadi takdir bagi kami-kami kaum bawah yang kadang sudah tidak terdengar suaranyapun oleh mereka-mereka.
Kami bangga menjadi wakil-wakil kami yang terduduk diatas, sebelum jadi mereka-mereka adalah sebangsa kami, apabila sudah jadi diatas ingatan mereka berubah lupa kepada kami, itulah hukum alam yang nyata..." Serta realita dari suatu kehidupan,
".... Mereka hanya bisa mementingkan pribadi serta golongannya, ..sudah seperti itukah Negeri ini diperjuangkan dari keringat darah dan air mata.., Para Pejuang Revolusi.
"..Sudah masih banyak mata telinga yang masih hidup dalam masa perjuangan, akan tetapi mereka hidupnya dalam berbagai keterbatasan, yang menjadi sebuah umpama adalah "...Bagai hidup tumbuh di batu, mati segan hiduppun tak mau", .."itulah penghargaan yang realistis dan menjadi pemandangan yang sudah biasa sekarang ini.
"Nilai-nilai yang sudah dikatakan mapan serta seimbang itu adalah ; mereka-mereka beramai-ramai masuk bagaimana caranya anak serta cucunya menjadi seorang PNS walaupun dengan hasil serta menjual sawah dan kebun mereka yang sedikit.
Ada juga dapatkan rezeki kaget tapi hanya dari sebahagian dan segelintir kecil yang juga menjadi mapan mendadak terkena jalur Toll, Lahan Industri dan sebagainya, itu tidak banyak hanya segelintir orang sajah.
Kalau kita melihat Negara-negara lain yang begitu indahnya menghargai rakyatnya dan sangat membelanya bagaimana menjadi suatu jaminan dan tanggungjawab dari suatu Negara.
Inilah gambaran dari Puisi Hati, Ingin Merdeka,
Mudah-mudahan kata merdeka ini menjadi kesetaraan sosial, budaya dan ekonomi bisa merata dan kebahagian serta mengalir ke bawah dan ternikmati oleh dan bersama Rakyat dan Bangsa.
Sempurnakanlah Tatanan yang sekiranya mengandung kapitalisme dan tetaplah pada koridor Tatanan Negara dengan Palsafah Pancasila dan UUD 45, inilah Kita Bisa karena kita terilhami oleh Nusantara dan ini adalah Negara Republik Indonesia.
Bukan Rakyat ingin selalu diberi dan diperhatikan minimal ada Rasa Aman dan Keberpihakan dari nilai, Berusaha, Berniaga, Bekerja, Berburuh dan Nilai Ekonomis lainnya setara dengan Negara Berkembang lainnya di Asian.
Wahai Indonesia'Ku janganlah engkau menjadi Negara yang dibentuk dan di Nikmati oleh sebahagian orang tertentu yang akhirnya Rakyat dan Bangsa menjadi Sengsara dan menjadi buruh di Negeri sendiri.
Betapa banyak semua kaum yang Engkau fasilitasi hanya cuman bisa mengeruk uang Negara, sudah kabur hanya buat pusing lagi ke Rakyat dan Bangsa, semua pajak dinaikan dsb, begitulah Negara ini di bentuk?.
Semua bentuk kepedulian hilang sirna serta musnah di telan pahit dan kejamnya kehidupan dan penghidupan, biarkanlah kami hanya bisa melihat dan merasakan apa yang sedang terjadi, hanya Allah SWT yang maha mengetahui keadaan sesungguhnya sedang terjadi, Aamiin yaa Robbalalaamiin.
Semoga suatu Tatanan asli Nusatara akan segera hadir dan terlaksana serta terpelihara oleh alam Nusantara dan tersirami dan terealisasi di pangkuan Rakyat, Bangsa dan Negaranya, Aamiin.
Rabu, 05 Agustus 2020
Menyongsong Hari Kemerdekaan.
Senin, 17 Agustu 2020
Yang Ke - 75
Inilah persembahan..,
"Puisi Hati, Rakyat Ingin Merdeka".
Mudah-mudahan menjadikan inspirasi untuk kemajuan Negara Indonesia yang tercinta.
Sebagai tambahan Inspirasi dan sebagai referensi keluasan alam dalam menggali kaidah Alam dari beberapa pemikiran pilsuf yang terkenal dari Yunani, yang menginpirasi Udara, Air dan Tanah, antara lain :
Thales
Thales [624-546 SM], berasal dari Miletus dan mendapat gelari bapak filsafat, karena yang awal mula berfilsafat yang terkenal dengan sebuah pertanyaan ;
° What is the nature of the world
stuff? [apa sebenarnya bahan
alam semesta ini?].
° Formula jawabannya adalah air.
° Karena Air bersifat Sederhana.
° Dimiliki oleh dan dari Alam
Semesta.
° Sangat diperlukan bagi kehidupan
Makhluk.
° Pandangan pada saat itu bumi
mengapung diatas Air.
Itulah suatu tafsiran dan sebagai
pilsafatnya, [Ahmad Tafsir,
1990:41].
Anaximander
Anaximander merupakan murid Thales. Pada Tahun 610 SM dan tahun 540 SM. [K. Bartens, 1988:28]. Anaximander dalam substansi sebuah pemikiran karena memiliki dan antara lain :
° Bersifat kekal.
° Ada dengan sendirinya dan
tersedia di Alam.
° Udara merupakan sumber segala
kehidupan, [Ahmad Tafsir, 1990:4].
Heraclitus
Heraclitus [544 – 484 SM], dalam pilsafatnya menyatakan ;
°You can not step twice to the river, for the fresh waters are ever flowing upon you [Engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai itu mengalir].
° Pandangan tentang Alam selalu
berubah, Alam bisa Panas dan
Dingin.
° Memelajari Kosmos Dinamis, tidak
dalam berhenti [terdiam], selalu
bergerak dan berubah, bisa juga
berlawanan arah, pada dasar
sirkulasi Alamnitu sendiri.
° Melainkan Sifat berproses dan
mengalir, dengan oengertian
bahwa kebenaran itu berubah-ubah,
tidak menjadi tetap, begitupun
suatu keadilan, hari ini bisa
dikatakan sudah Adil dan pada
suatu waktu, yang sudah dikatakan
telah adil, belum tentu menjadi
benar pendapatnya, ini suatu
pemikiran dan pandangan yang
fluralrisme dengan metode
seumpama perkalian 4 x 4 = 16,
hasilnya besok bisa berubah
[Ahmad Tafsir, 1990 : 41-42].
Semoga dari pemahaman dari ahli pilsuf di atas menjadikan atau membawa sebuah inspirasi kepada kita, hal itu sudah menjadi pemikiran yang sudah menjadi perdebatan pada zamannya saat itu yaitu adanya, kegunaan serta manfaat dari Air, Udara dan Bumi.
*sebagai referensi IDNTimes Blogs, di googleweb".
Karena yang di katakan Rakyat bawah itu luas dan banyak diantaranya :
1. Para Buruh Tani, Buruh Pabrik,
Buruh harian lepas, Buruh usaha
jasa, Buruh TKW dan TKI dan lain
sebagainya.
2. Ada bentukan masyarakat baru
yang menjadi pedagang Asongan
yang berada di luar daerahnya
atau kota besar, dimana
masyarakat ini sering berpindah
pindah dan tidak memiliki KTP
pada daerah usahanya biasanya
datang dari kampung kebanyakan
[ber- KTP daerah] dan pulangnya
apabila usaha maju dan mapan
belum tentu pulang sebulan sekali,
tergantung kedapatan rezekinya.
3. Masyarakat Menengah
kebanyakan belum mempunyai
rumah permanen atau tempat
tinggal, hidupnya dalam alam
kontrakan dimana garis profesinya
menjadi pekejaan bidang jasa
[tidak termasuk pada garis Buruh
atau Harian lepas], kalau saya lihat
di lingkungan masyarakat ini
sangat lebih banyak dari kaum
buruh karena usahanya bidang
jasa yang sekarang menjadi labil
terkadang tidak ter-recorded oleh
kelurahan setempat karena
keterbatasan biaya dan waktu
Para Kaum ini banyak di pinggiran
kota-kota besar di seluruh
Indonesia kalaupun ada rumah
seadanya dalam lingkungan
kumuh dan terbatas, KTP pun
masih pake Daerah, jadi di kota
tidak tercover [tercatat] apalagi
di daerah [Kampung], disangka
orang kampung sudah menjadi
mapan di kota, karena sudah
jarang pulang kedaerah [Inilah
yang harus menjadi pemikiran
bersama Pemerintah].
Dari 3 [tiga] point gambaran diatas untuk memberikan inspirasi dan kesadaran kita dalam Ber-Masyarakat dan Ber-Negara di Republik tercinta ini, karena pada Point 2 [dua] dan 3 [tiga] jarang tersentuh oleh instansi pemerintahan, karena diposisi ini rentan terkena data, sering pindah tempat kos, terkadang data dikampung menjadi orang yang sudah mapan padahal lebih miskin dari pada yang mempunyai rumah reyot di kampung ini potret nyata dan realistis gambaran Rakyat dan Bangsa.
Jaja Juharja
Rabu, 05 Agustus 2020
Salam Siliwangi Terakhir
Salam Cangkok Wijaya Kusumah Menggapai Seroja.
Komentar