Pengahalang Iqon Nusantara
Korupsi & Nepotisme Penghalang Nusantara
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
Sifat Para Ikhsan di atas menjadi cermin abadi sifat kotor di dalam hati manungso, berapapun Petuah dan Saran yang masuk ke semua [para] hati diatas...., akan tidak berbekas dan hanya menjadi tamu yang hanya numpang lewat dan tanpa basa basi atau tidak berbekas, seperti umpamanya air jatuh pada daun talas.
Kepuasan mereka adalah cerminan Kebencian serta lelakunya hanya memikirkan juga mengeruk Keuntungan secara Pribadi dan hanya diperuntukan Golongannya (bukan untuk keperluan umat) serta Applikasi yang terpasang dalam Android Keserakahan serta lisensinya by Format Kemunafikan Diri Pribadi dan di remot oleh Sang Satria Nafsu Purwa Amarah Syetan Bin Dajjal, serta harus hati - hati uang yang dipergunakan juga bisa diajak bicara dalam penggunaanya atas peruntukannya.
Mahkamah Peradilannya, adalah dengan point di bawah ini :
1. Murkanya Alam Jagad Raya.
2. Hukum Karma Duniawi.
Siapapun Dimanapun Kapanpun yang bersentuhan dan bersenggolan dengan sikap diatas dan serta Merta serta menghalangi terbukanya Nuswantara Baru, mau tidak mau atau suka tidak suka, "Akan berhadapan dengan gabungan pasukan leluhur Nusantara Sakti.
*Wa Allahu 'a lam bisowab
Kesadaran akan Iqon Nuswantara Raya dengan Ragam Seni Budayanya dan Kultur Suku Adat Budaya adalah titik tolak untuk menggabungkan unsur persatuan kita teguh bercerai pasti runtuh [Bhineka Tunggal Ika dan Dasar Negara Pancasila Sakti], bersatu dalam arti menegakan keadilan menolong yang lagi kesusahan, membantu yang tidak mampu dan memberikan rasa keamana dan ketentraman pada masyarakat bawah bukan janji yang membawa upeti.
Semoga Para Kesatria dan Srikandi Nusantara tetap semangat berjuang untuk terwujudnya Nusantara Baru tersirami di Negara Republik Indonesia Raya, sejalan dengan NKRI Harga Mati dan Padjadjaran Anyar memberi Pamor dan Syareat Nusantara yang Rahmatan Lil Alaamiin.
Salam Gaung Silih Asah, Asih & Asuh
Jaja Juharja
Salam Siliwangi Terakhir.
Salam Kembang Cangkok Wijaya Kusuma Menggapai Seroja.
Komentar