Sejarah Jagawana Batas Leuweung Jati Membentang sampai Cikamurang Sumedang
Leuweung Jati Ujung Jaya Sumedang.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
Kondisi dan tata letak daerah Ujungjaya zaman dahulu masuk ke kawedanaan Conggeang zaman masih kerajaan dahulu, karena pada saat zaman itu, Daerah ini sangat strategis karena merupakan dan tempat subur Hutan Jati Paling Unggul di Wilayah Sumedang yaitu pasti adanya di daerah Ujungjaya, walaupun di Darmaraja ada yang disebut Waduk menjadi disebut Jati Gede, tapi yang sesungguhnya hutan jati yang terkenal pada zaman kerajaan yaitu yang dinamakan Jati Satim di Daerah Cikuleu, Sakurjaya Kecamatan Ujungjaya Sumedang, sayang Hutan Jati Satim Cikuleu sudah punah dan hanya menyisakan sedikit di area ka Buyutan Cikuleu, seharusnya dari Jajaran Kehutanan Ujung jaya tetap dijadikan menjadi daerah Hutan Lindung sebagai Hutan Jati-Jati Unggulan di Wilayah Jawa Barat seharusnya [dibuatkan tempat sebagai Agrowisata Hutan Jati Alam yang sempurna] siapa yang merubah bentuk hutan jati menjadi hutan karet tidak tepat dan juga tidak ada dalam sejarahnya, sejarah tanaman yang sudah unggulan seharusnya jangan sampai dirarobah agar supaya, terlihat jelas keunggulannya sebagai Hutan Jati Wisata Alam janten jelas tina cicirina atanapi janten Iqon Daerah Ujungjaya.
Apabila sudah rusak hutannya siapa yang merasa dirugikan serta merasakannya serta akan menjadi terdampak kepada, yaitu antara lain :
1. Mata air sumber dari semua
sumur Kahuripan pasti mendapat
kendala masalah sumber airnya.
2. Sumber Air Bor atau Sumur
semakin dalam dan berkurang.
3. Hawa Udara semakin terik dan
Panas, kepada jenis pepohonan
jenis buah-buahan akan mulai
berkurang buahnya.
4. Tanah akan semakin kering dan
bertela atau keretakan tanah.
Sebagai warisan bagi kurang baik bagi Rakyat Jeung Generasi Penerus Anak Cucu Bangsa akan menjadi rugi, sudah tidak melihat lagi keunggulan yang ada di Ujungjaya dan sekitarnya, janten moal ningali deui Ujungjaya aheng ku Leuweung Jatina, Tah ayeunamah tinggal beakna da Ari nanam mah moal cukup ku 50 Tahun dan nu hayang nanam na oge lamun melak teh geus moal katungkulan, janten saha anu menanam dan siapa yang akan memanen dan serta yang menjadi atau kebahagian untungnya.
Sekarang kita menembus alam jatining alam yang dahulu mengapa dan apa Harti Kana artina daerah Ujungjaya menjadi pokok strategis wilayah Kerjaan Sumedang Larang, gambaran tersebut merupakan dan menjadi daerah sejarah awal sebuah perebutan tapal batas serta sebuah batas akhir kekuasaan perbatasannya bagi Kerajaan Sumedang Larang, karena merupakan menjadi daerah atau merupakan menjadi daerah paling ujung perbatasan wilayah dengan Kerajaan Cirebon [*dalam cerita ini menitik beratkan pada zaman Kerajaan masa silam dalam sejarah Sumedang Larang dengan Kerajaan Cirebon], karena daerah ini juga sangat strategis karena memiliki Hutan Jati Unggulan dari semua wilayah yang ada di daerah Sumedang, mungkin pH tanah yang ada disekitar Ujungjaya sangat cocok untuk pertumbuhan serta ekonomis untuk ditanami Hutan Jati jenis unggulannya, terlihat dari tinggi pohon dan besaran diameternya cukup besar [sayang sekarang sudah punah dan jarang], karena kemungkinan batas wilayah kerajaan pada saat itu yang hanya di tandai dengan Kebon Jati tersebut, disana tidak ada kali ataupun sungai ini yang menghawatirkan dari Kerajaan Sumedang apabila jati tersebut terus ditebang maka dengan secara otomatis batas Kerajaan Sumedang Larang makin menciut [karena yang di akui saat itu adalah lahan yang merupakan sebuah batas hutan jati unggulan tersebut, kenapa bisa disebut hutan jati tersebut cukup luas [Satungtung Deuleu], ada yang menguatkan dari sejarah nama-nama kota dan kampung merupakan dan pasti namanya ada terkait dengan Namanya Jati, dalam beberapa contoh yang akan saya sebutkan sebagai bentuk rujukan dan sebagai tanda sejarah yang utama serta penting bagi Kerajaan Sumedang Larang pada zaman dahulu sebelum ada Kerajaan Kesultanan Cirebon, yaitu dengan batas sebagai berikut ;
• Barat Sungai Cisadane.
• Timur Sungai Cipamali, Brebes.
• Utara Laut Jawa.
• Selatan Samudera Hidia
Bagian dari cerita ini dan sebahagian Setelahnya saat terkoreksi Status Quo dalam masalah Perbatasan yang didamaikan lansung dan mendapat saran dari Raja Sultan Agung dari Mataram karena Putri Ratu Harisbaya masih ada keturunan atau masih cucunya dari Sultan Agung Mataram, yang menjadi seteru pada saat itu atau menjadi sebuah Babad dalam sejarah dua Kerajaan yang dibawah naungan Mataram, yang seharusnya daerah Timur Ke-Rajaan Sumedang Larang menjadi bahagian dari Cirebon dengan Batas Sungai Cilutung dst, mari kita guar sejarahnya mengenai keterkaitan Nama-nama yang dibubuhi nama Jati Tersebut dahulunya adalah merupakan sebuah Hutan Jati dengan uraiannya, adalah sebagai berikut :
1. Kertajati - Sebelah Utara.
[dahulu masih menjadi batas wilayah Kerajaan Sumedang karena batas tersebut masih ada Hutan Jati] di daerah tersebut masih ada nama jati berarti masih menjadi batas Kerajaan Sumedang Larang masih di zaman sebelum adanya Kerajaan Cirebon.
2. Kampung Cidudut,
Dari daerah Kertajati bergeser lagi ada Kampung Cidudut, yaitu dari asal di dudut yaitu di cokot atau di ambil secara paksa makanya disebut di dudut, apa arti yang di ambil tersebut yaitu yang diambilnya adalah Hutan Jatinya agar supaya wilayah menjadi bergeser jadi ngajeroan atau daerah wilayah.
3. Jati Tujuh, Jatiwangi.
Tergambarkan bahwa setelah habis Hutan Jati perbatasan hanya menyisakan [7] Tujuh pohon makanya di sebut Jati Tujuh [mungkin tidak dapat di tebang], karena terus merembet merambah hutan sampai ke batas Kertajati dan terus ditambah supaya batas tersebut menciut itulah gambaran dahulu jaman kerjaan.
4. Jati Nangor
Batas wilayah berada disebelah dan paling ujung sebelah Barat, makanya ada sebutan batas Kota paling Ujung yaitu Kota Ujung Berung [Ujung Bandung], akan tetapi ujung yang menjadi batasnya adalah yang ada hutanya yaitu Hutan Jatinangor, yang menjadi berbatasan sebelah barat ini berbatasan langsung dengan Kota Bandung saat itu karena pada Zaman Eyang Dalem Tajimalela keputusan dalam perjanjian perbatasan di deklarasi di atas puncak Gunung Manglayang disitulah terjadinya perjanjian yang menguatkan wilayah Sumedang Larang batas paling barat walaupun saat itu hutan jatinya masih muda=ngora Maka katelah sampai sekarang jadi Jatinangor [Jatina masih Ngarora] disitulah terjadinya perjanjian tapal batas Kekuasaan Kerajaan di atas Gunung Manglayang yang berbunyi bahwa Sebelah Barat menjadi kekuasaan wilayah Bandung dan sebelah timur dari Gunung Manglayang adalah merupakan Kekuasaan Wilayah Sumedang Larang walhasil Gunung menjadi terbelah dua bagian kekuasaan Bandung [Barat] dan Sumedang [Timur], Tah kalau dumasar Kana perjanjian anu bener mah moal rubah Jeung gumeser Angger Weh dan namanya juga disebut katelah Jati Nangor [Jatina Angger Ngora] dan Angger dalam arti bahasa ini Angger tidak berobah, tidak bergeser, jadi sebuah ketentuan atau ketetapan yang tepat [itulah sebagai batas] yang benar, dan mungkin masih ada lagi bentuk perjanjian-perjanjian dari Sepuh dan Pinisepuh di sana, apakah Kaum Para Pelaku, Pelaksana dan Pelestari Seni Budaya maupun Cagar Budaya, ada yang bisa memahami lebih dalam lagi sampai ngaguar Jero Nepi Kana perjanjian Gunung Malayang pada batas perjanjian yang saya sebutkan tadi di maksud, wa Allahu A'lam bisowab.
5. Kampung Cikuleu,
Dalam cerita sejarah hutan jati sudah habis terus dibabat sampai batas wilayah Sumedang yang sebenarnya, nyaeta yang sudah menjadi batas hutan yang paling akhir sebagai batas yaitu yang terletak di daerah [Cikuleu] Hutan Satungtung Deuleu teh sudah beak tinggal sisa di Kampung Cikuleu bisa dijadikan arti yang juga disebut yaitu [Cai Kabuyutan Ujungjaya Leuweungna satungtung Deuleu] Cikuleu, Tah kumaha bilih aya nu bade nambihan tina kalebetan sejarah Sareng patempatan supaya ngandung arti anu Jero pada zamannya, bilih aya nu jadi katerangan lain perkawis tulisan tiluhur dugi ka handapna, sumangga ka sadayana Baraya Ujungjaya, Baraya Sumedang, Baraya Jatinangor ngaguar kana sejarahna anu kapungkur bilih aya nu leuwih ngahontal tina sajarah anu ti sanesna kanggi tabihan bahan sajarah lembur Urang anu aya di Sambundereun Kecamatan Ujungjaya nucaketna, Wabil khusus namah kanggi Kabupaten Sumedang sadayana mangga [kanggi kasaean Urang Sadayana], ulah bae bilih Aya anu sok saling sindir-sampir sareng silih hualkeun, siga anu kabeureuyan cucuk peda, barijeung maranehanana neupikeun ka teu terang hartosna Jeung pangabisana, tah etateh kasebatna anu kitu teh Ulukutek namina panjangna sarena alias [Gede Hulu, Kurang Pergaulan + Teu Boga Uteuk].
Sebuah catatan atau bentuk jawaban dari sang waktu dan Alam di sekitarnya pasti selalu ada resonansi alam yang akan memberikan dan memberitahu sesuai dengan arti dan Harti alam raya ini, karena ada bagian dan petugas-petugasnya masing-masing yang benar, tapi bukan karena bisa hanya saukur dibenar-benarkan oleh dirinya sendiri maupun orang di sekitar dan kelompoknya.
6. Jati Satim,
Hutan ini sebetulnya hutan yang paling akhir dari batas sebagai batas wilayah yang tadinya menjadi nama Hutan Satim kenapa menjadi nama itu karena dengan arti pada saat menanamnya bisa jadi dilaksanakan dalam atau mungkin menjadi atau Jati Satu Tim [gabungan] dan yang lebih dalam adalah karena kekecewaan Raja Sumedang Larang pada saat itu memeriksa perbatasan Kerajaannya, yaitu dengan arti yang sangat dalam [Sahadat Alam yang Tinggi dan merupakan sebagai Ilmu Marifat] SATIM, Maka di zaman Pangeran Sugih sudah dicanangkan atau dibangun pesantren yang paling pertama dan tertua di Sumedang, sebagai bentuk yang menjadi kecewa akan kekayaan alam hutan jati yang dulu Satungtung Deuleu, tinggal menjadi bagian sebuah kenangan bagi Kerajaan Sumedang Larang, disaat itu dudirikan sebuah Pesantren sebagai bentuk untuk dapat atau sambil menjaga Alam di perbatasan yang terkenal di Cikuleu yang ternyata pindah ke Conggeang dan masih berdiri sampai sekarang.
7. Cikoang,
Saat waktu masih Hutan belantara sebagai daerah hutan masih menjadi Kebanggaan Kerajaan Sumedang Larang tersebut, makanya ada yang disebut menjadi Kampung Banggala [Bangga Leuweuh masih keneh Aya], karena hutan makin bergeser dan banyak yang di tebang sampai terlihat dan nampak di situ menjadi batas atau sebuah parit kecil, makanya di sebut Cikoang [Caina Kosong Angger] Angger deui da di patempatan eta teu bergeser jadi Angger kasebut Cikoang [Cipanas *red], anu jadi batas wilayah sampai sekarang, dan yang menjadi batasnya sungai Cipanas sebelah Utara Cikuleu.
8. Cikamurang
Cikamurang mengandung arti [Cai sebelah sana buat Kamu dan sebelah sini Anu Urang] dan ada juga yang menghartikan sebagai berikut [Caina Pinggir Kampung Anu Malipir Urugan taneuh Rata Angger keneh] dalam artian bahasa Angger teh anu di dieu janten katerangan di tungtungna Aya huruf [ANg], jadi Weh angger.
9. Cipelang [Caina Pinuh-Terus tapi Eta Linduk Angger]
Nya eta kusabab Caina kaganjel ku Cai Sungai Bangawan - Cimanuk jadi airna diem tidak bergerak tapi penuh kitu, jadi si caiteh mulek ka girang da ka tahan Cai Bangawan tadi, disebut Bangawan [pertemuan dari Sungai Cimanuk dan Sungai Cilutung] menjadi satu sungai makanya selanjutnya sungai tersebut banyak yang nyebut Sungai Bangawan, karena Sungai menjadi besar serta Lebar.
10. Kampung Sahbandar,
Pada saat itu kota Sahbandar sudah menjadi tempat pertemuan atau sebagai bandar untuk yang berkumpulnya jual beli kayu yang terus digempur dari perbatasan Kerajaan Sumedang Larang [Status quo] dengan Kerajaan Kesultanan Cirebon, atau yang lumrah disebut sebagai batas Hutan Satungtung Deuleu atau disebut Cikuleu, sampai habis dan di jual dan dibawa ke kadipaten melalui angkutan apur jenis angkutan trem diatas rel kereta khusus untuk mengangkut kayu gelondongan Hutan Batas Sumedang Larang dan Cirebon sampai habis dan ludes sekarang sudah tidak ada fungsi hutan lindung jati unggul Sumedang di Ujungjaya lagi, siapakah yang dipersalahkan saat itu semoga dapat dicari penyebabnya, untuk menjadi bahan pelajaran selanjutnya karena tidak merasa merawat dan menanam [suatu bentuk kemungkinan yang positif].
11. Kampung Sukamelang
Dalam cerita bahwa ada Kampung Antarnaya, karena pada saat itu sudah marak pencurian hutan besar-besaran sebagai acuan batas wilayah dan sebagai menjadi keuntungan pribadi atau cerminan dari kejenuhan politik pada saat itu atau mungkin memang politik untuk mencari sumber yang sebagai bahan tunggangan banyaklah yang menjadi motif dari segala kemungkinan hal yang terhubung dari point sebelas [11] ini, yang jelas ada kaitan nama Sukamelang [suka melang] karena itu takut karena banyak pencuri kayu di hutan daerah sana dan sekitarnya, akhirnya banyak yang suka sering nganter jadi ada maknanya ada keterkaitan Sukamelang [Suka Melang=Takut] dengan Kampung Antarnaya [Ada yang suka Anterna juga Aya].
12. Kampung Misteri Jagawana, Kampung Jagawana adalah yang paling Unik dan Ajaib dan tidak masuk akal di wilayah Desa Sukamulya yang dekat dengan Kampung Mariuk dan Sukaratu, apabila mau menuju Kampung Jagawana lebih gampang dari Ujungjaya - Palasah - Mariuk dan masuk melalui jalan di tengah sawah sampailah di Kampung Jagawana, dalam peta map yang seharusnya masuk Sumedang, tapi melihat kondisi pada zaman dahulunya memang menjadi masuk ke Majalengka, karena pada zaman dahulu ternyata sungai Cipelang itu jalurnya dipindah atau dialihkan oleh Uyut Daweung, karena dahulu sering terjadi banjir maka sungai tersebut dialihkan ke sebelah Utara dari perbatasan tersebut Mejadi merubah bentuk peta perbatasan yang sudah ada, pada zaman itu pada saat Merombak Sungai Cipelang melahirkan Anak maka disebut 1. Ki Rombak [Uyut Tampa] setelah di robak karena air cukup besar suka terjadi rempag di pinggir Sungai Cipelang maka di Tempyong, dan selanjutnya punya anaknya bernama Aki Pancir supaya sungai cipelang yang di Rombak tidak rempag maka disebut Aki Pancir dan di Bendung ada juga Aki Bendung dan Aki Pendet 2. Uyut Dempyong. 3. Aki Pancir, kalau sebutan Uyut Tampa karena beliau menerima Ilmu dari Sunan gunung Jati Cirebon, untuk ditugaskan menggembleng atau mendidik Ilmu Kanuragan semasa kecil Cucunya Sunan Gunung Jati yaitu Raden Fatah [yang selanjutnya menjadi Sunan Demak], Raja Islam Pertama di Demak.
Itulah sekelumit kekuatan sepuh pada zaman dahulu merubah aliran sungai dengan cara ilmunya, karena pada zaman tersebut belum ada alat berat seperti Beko atau Escapator, dan banyak lagi keanehan lain yang banyak diceritakan oleh para orang tua yang mengetahui kekuatan Ilmu dari Uyut Daweung tersebut, dan saya tidak perlu panjang lebar mengenai sebuah kehebatan atau ilmu dari yang tergambarkan dari skema sejarah Ujungjaya dan Sumedang tersebut dari semua [12] dua belas point diatas akan menjadi catatan sejarah yang baik untuk menjadi pengalaman bagi anak cucu kita di masa depan, sebagai bentuk pengalaman dan kembali kepada pokok cerita diatas yaitu adalah Kampung Jagawana nu di pimelang ku Cipelang Sareng jalana ngaliwatan Sukamelang jeung di anterna nepi batas Anternaya, bilih Aya nu ngadudut di Cidudut padahal lamun Harita ngaliwat ka Cikoang mah, bakal ngliwatan Sawah Lega tos di sayagikeun sambel Goang di Cikoang ngan sok sararieun di begal di Banggala padahalmah didinya sagala ayana di Ujungna nya eta di Ujungjaya.
Secara sengaja dibentuk sedemikian rupa agar supaya antara Sumedang dengan Majalengka atau Sumedang pada saat itu dengan Kerajaan Cirebon saling mengisi dan saling tidak terpisahkan dalam pembangunan yang mendahulukan Silih Asah, Asih dan Asuh yang sudah di gaungkan oleh Sang Prabu Siliwangi, kenapa kedekatan dan terjalin antara Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Sumedang Larang, coba kita telusuri garis keturunan kedua Kerajaan dari kedekatan Garis Keturunan dari Leluhurnya, antara lain adalah :
° Prabu Guru Aji Putih bersahabat
dengan Prabu Sri Baduga
Maharaja [Prabu Siliwangi].
° Prabu Guru Aji Putih mempunyai
Putra Sang Prabu Aji Putih ada
sebutan lain Nama-Beliau :
√ Eyang Dalem Tadji Malela.
√ Eyang Panji Romahyang.
√ Eyang Batara Tuntang Buana.
√ Eyang Aji Putih.
√ Prabu Resi Agung Cakra Buana.
° Prabu Sri Baduga Maharaja
menikahi Cucu dari Eyang Dalem
Tajimalela yaitu Nnyi Mas Ratu
Rajamantri/NM. Ratu Ratnasih
Anak Raja Sunan Paguling,
sebagai Istri yang ke [4] ke Empat,
istri ke [5] Nyi Mas Ratu Subang
Larang Anaknya Ki Gedeng Tapa
serta mempunyai Anak 3 dari istri
No. 5 yaitu :
√ Pangeran Walang Sungsang.
√ Nyai Ratu Lara Santang.
√ Raja Sangara.
Silsilah Kesultanan Cirebon :
° Prabu Sri Baduga Maharaja
mempunyai Anak Prabu Kian
Santang/Pangeran Walang
Sungsang dan Prabu Rara
Santang mempunyai Anak Syarif
Hidayatullah yang disebut Sunan
Gunung Jati Cirebon.
Beberapa Nama lain dari Prabu Kian Santang, antara lain :
√ Prabu Kian Santang.
√ Pengeran Gagak Lumayung.
√ Raden Garantang Setra.
√ Pangeran Gagak Lumiring.
√ Raden Walang Sungsang.
√ Pangeran Ong Tien [Gelar waktu
menaklukan Dynasti China
supaya masuk Islam di Tibet]
dan mendapatkan sebuah gelar
Bangsawan lansung bertapa di
Gunung Pangrango [Pangeran
Raden/Rangga/Rahyang Ngoo
Tien].
√ Sunan Badiyah.
√ Sunan Rohmat Suci.
Dari gambaran silsilah tersebut jelas kedekatan antara Kesultanan Cirebon, Kesultanan Banten dan Kerajaan Sumedang Larang.
Apabila dari Jujutan dari Karuhun serta keturunan Sumedang adalah sebagai berikut :
° Pangeran Geusan Ulun atau
Pangeran Angkawijaya dititipkan
Mahkota Binokasih yang terkenal
dengan Sejarah "Kandaga Lante"
dari Prabu Sri Baduga Maharaja
[Prabu Siliwangi].
° Pangeran Geusan Ulun mempunyai Istri [3] yaitu :
1. Nyi Mas Ratu Cukang Gedeng
Waru.
2. Nyi Mas Pasarean.
3. Ratu Harisbaya [Cirebon].
Dari Istri Nyi Mas Ratu Cukang
Gedeng Waru turun putra ke
turunan;
√ Pangeran Rangga Gede👨👨👦
√ Ngabehi Mertayuda👨👨👦
√ Nyi Mas Nalawangsa👨👨👦 Uyut
Kuwu mempunyai pala putra :
• Uyut Manggala.
• Uyut Nata.
• Uyut Wirya.
• Uyut Wijaya.
Kemungkinan Kakek Saya Abah
Wiratma dari Jujutan dan Silsilah
Keturunan Uyut Manggala [Abah
Wiratma Bin Manggala, Bapak
Iding Bin Wiratma].
Beberapa Petilasan dan Kabuyutan di Daerah Ujungjaya didata Oleh Sdra Yayan [Bohay -UJ], diantaranya adalah ;
1. Mbah Dalem Surya Kencana.
[Kramat, Ujungjaya].
*Makom Mbah Dalem Surya Kencana di Kramat Ujungjaya, di samping Lapangan Bola Kec. Ujungjaya, Sumedang [betapa besarnya pohon yang ada dikeramat, dan terpelihara sampai sekarang, kalaupun masih ada pohon jati unggulan disana melihi besar pohon yang ada sekarang ini].
2. Mbah Buyut Yuda Jaya/Buyut
Kasun. [Dsn. Mariuk-Sukamulya].
Kecamatan Ujungjaya.
° Eyang Surya Nagara
° Embah Buyut Sahabat.
3. Mbah Buyut Rungga Palasah.
4. Raden Nata Kusumah [Buyut
Karamat-Ujungjaya].
5. Mbah Buyut Rangga Haji
[Sakurjaya-Ujingjaya].
6. Mbah Buyut James [Sakurjaya -
Ujungjaya].
7. Eyang Sarifan [Sakurjaya -
Ujungjaya].
8. Embah Buyut Leber [Ujungjaya].
9. Mbah Buyut Jangkung
[Ujungjaya].
10. Mbah Buyut Saradipa.
[Ujungjaya].
11. Mbah Buyut Panglima Gebang
[Kahuripan Ujungjaya].
12. Buyut Rancapandan [Cilega -
Ujungjaya].
13. Buyut Palang Astana Gede
[Sakurjaya-Ujungjaya].
Menurut Penuturan Bapak Ondo
RT di Cikuleu, Ujungjaya.
Sumur Kahuripan yang ada di wilayah Ujungjaya di Inventarisir oleh Sdr Yayan [Bohay UJ], Kabupaten Sumedang :
1. Sumur Jati.
2. Sumur Kajayaan Lembut Kolot.
3. Sumur SiJagur.
4. Sumur Kepuh.
5. Sumur Bandung.
6. Sumur Cibarahat.
7. Sumur Cibatok.
Itu beberapa Makam Keramat atau Kebuyutan yang ada di Kecamatan Ujungjaya, Sumedang.
Batas yang baru pada zaman sekarang adalah mengikuti batas Cipelang Burung Jawana yang pada zaman dahulunya masuk ke Cirebon, mungkin disitulah dahulu Buyut saya yang me-Rombak [Aki Rombak] karena dahulu mendapat Ilmu dari Sunan Gunung Jati untuk mendidik Cucunya Raden Fatah/Sunan Demak semasa masih kecil di percayakan sama Ki Rombak atau Ki Tampa, sungai tersebut karena zaman dahulu Uyut Daweung diper-Istri sama Putra Dalem Kasepuhan Cirebon [Putra 10 *Cirebon] dan di ditugaskan menjadi Jaga Berbatasan atau di Sebut juga Jagawana hutan Cirebon setelah peristiwa dari perang Babad Sumedang [Peristiwa Ratu Harisbaya],
Upami masuk Tina Carita diluhur tadi supaya miresep Kana dibacana Sareng kaharti Jeung lebet kana emutan, tina tata titi bahasana di anteurkeun Kana anu jadi bahasana eta Angger teh ti baheulana batas Dina karajaan Angger anu di aralaan leuweungna meh eta Bates jadi ngajeroan atanapi ngajauhan upami dilihat dari [Cikuleu] pan teu Aya ayeunamah da kuduna, Kertajati etateh jati Satungtung Deuleu nepikan Ujungjaya, akibat bandarnya jual beli kayu jati dekat di Sahbandar, lama-lama kelamaan Leuweung teh habis sampai menemukan batas kali kecil yang saya sebutkan 3 [tiga] diatas tadi, yaitu :
1. Kali Cipelang Burung di Jagawana.
2. Cimanuk - Bangawan di Balerante.
3. Cipelang - Antarnaya.
4. Cipanas - Sakurjaya Cikuleu.
5. Cikoang - Banggala.
6. Cikamurang - di Cibuluh.
[*U-Ket dan khusu lokasi Cikuleu
dari Bapak Ondo RT Cikuleu].
Dan ada satu Kaunikan di Desa Sukamulya, yaitu ada Kampung Jagawana yang seharusnya masuk Sumedang dalam peta masuk ke Majalengka [yang sudah diulas di point dua belas-12 diatas], ternyata jaman dahulu Cipelang itu jalurnya dipindah, kalau mengikuti batas Cipelang burung memang Jagawana zaman dahulunya masuk ke Cirebon, mungkin disitulah dahulu Buyut saya yang merombak sungai tersebut karena zaman dahulu Uyut Daweung adalah ditugaskan menjadi jaga perbatasan hutan Cirebon setelah peristiwa perang Babad Sumedang, yaitu kesalah pahaman dari Ratu Harisbaya yang mengikuti Rombongan Raja Sumedang [Prabu Geusan Ulun] setelah pulang dari Demak yaitu menemui Raden Patah, dan akhirnya menjadi perang yang akhirnya sebetulnya Sumedang saat itu tidak dalam posisi siap perang, karena baru pulang dari kunjungan dari Demak, karena menuai kekalahan sebagai jaminannya, maka dikasihkanlah sebahagian wilayah yang sekarang menjadi kabupaten Majalengka tersebut, karena Ratu Harisbaya akan bunuh diri apabila dikembalikan dan tidak diperbolehkan mengikuti sama rombong kerajaan Raja Prabu Geusan Ulun tersebut.
Apabila ada yang mau mengunjungi ke Kampung Jagawana bisa melalui, Ujungjaya - Palasah - Dusun Mariuk dan langsung menuju ke Jagawana ke arah pesawahan ada jalan mobilpun bisa masuk apabila papasan harus mencari yang agak lebar apabila papasan mobil sama mobil.
Di Jawana ada Makam yang dikeramatkan karena pada zaman dahulu Buyut Daweung dahulu di persunting oleh Pangeran Cirebon pada saat itu sedang berkunjung di perbatasan atau mungkin senang dan sedang berburu di pinggir hutan jati yang upluk-aplak yang sangat luas tersebut [disaat ketemu Uyut lagi duduk niis-ngadem atau menyawang - ngadaweung sesuatu di depan rumah [Makanya tersohor jadi Uyut Daweung], dan itu menjadi batas atau berbatasan antara Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Sumedang Larang yaitu [Kampung Jaga Wana], di kampung tersebut memang sudah ditugaskan oleh Sunan Gunungjati menjadi penjaga hutan atau dusebut Jaga Wana - hutan, آمين يارب العالمين
اللهم صل على سيدنا محمد
وعلى ال سيدنا محمد.
Jaja Juharja
Salam Siliwangi Terakhir.
Salam Kokok Ayam Jantan Dari Timur.
Salam Cangkok Wijaya Kusumah Menggapai Seroja
Salam Silih Asah, Asih & Asuh.
*ilustrasi googlefoto sebagai bahan ilustrasi cerita.
Komentar