Perbedaan Cara Pandang Yang Tidak Memakai Dengan Yang Memakai Kacamata.

Perbedaan Cara Pandang Yang Tidak Memakai Dengan Yang Memakai Kacamata.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

Sebagai makhluk hidup di bumi ini menjadi Khalifah bagi orang yang berakal, dan ada beberapa kehidupan di alam jagad raya ini selain yang berakal, seperti semua tumbuhan yang ada di, Batu, Tanah, dalam Air, maupun Laut serta semua jenis binatang akan menikmati dan ada haknya mengusai kehidupan dia dalam Alam Jagad Buana ini, bila diperbandingkan secara sederhana adalah makhluk-makhluk lain dari yang tidak berakal adalah mengisi kehidupan ini hanya menjadi hamba murni selain ber-wirid dan mengagungkan sang maha pencipta disela kehidupannya, serta juga menjadi hamba yang ikhlas menjadi sebahagian menggantungkan serta ketergantungan bagi kehidupan yang lain untuk bertahan hidup dalam mengisi System Siklus, Hukum Rimba, Metamorfosis, Fotosistesis, Berkembang biak, Hukum Biologis dlsbgnya di alam liar yang penuh misteri kehidupan yang terjadi dan dalam pertumbuhan habitat alam'Nya atas Hakekat, Syareat, Ridho dan Ikhlas dari Sang Maha Pencipta Alam Raya beserta isinya ini yaitu Allah SWT.


Berbeda dengan yang mempunyai akhlak yang saya sebutkan tadi diatas saya tidak ingin menjelaskan secara rinci karena yang mempunyai ilmu untuk itu adalah Para Kaum Ulama, Habib, Kiai, Ustad [Bisa UAS dan bisa juga yang Ulama atau Kiai yang lainnya] yang mungkin bisa menerangkan lebih lanjut dan sangat mengerti akan hukum sebab akibat, fikih, kitab maupun sesuai pedoman di dalam Al'Quran Nulkarim, sehingga terciptanya ridho dan ikhlas tersebut, saya kurang yakin apabila Para Ulama yang sudah lama main Politik, bergelut dengan Dana-dana & Uang, juga menjadi Patokan kepada Jamaahnya dlsbgnya kasus sekarang ini yang banyak menimpa semua umat yang ada di dalam suatu Negara yang ada di Muka Bumi ini mau dimanapun sama, yang mencerminkan jauh dari dasar Makhluk yang berakal atau sebagai khlaifah di muka Bumi ini, saya berikan contoh sederhana bukan dari bahagian dari Umat yang ada di Dunia ini, sebahagian Kaum Muslimin sajah sudah hilang rasa-rasa yang saya sebutkan diatas malah sering banyak yang timbul sekarang bukan keseimbangan akan tetapi bisa di bilang atau disebutkan "Terlalu" kata-kata dari isi Syair bait pendangdut yang ada di Indonesia, antara lain :


  1. Terlalu chintanya kepada ke Alam Dunia Nyata atau Alam yang Fana ini.
  2. Termasuk di dalamnya terlalu Chinta kepada Pangkat, Jabatan, Wibawa, Hartanya juga Wanita dlsbgnya.
  3. Seharusnya Makhluk yang berakal dan seharusnya juga membuang sifat, tabiat, karakter yang akan menjadi sebuah kata berakal ini sehingga tergadaikan menjadi condong kepada makhluk yang lain yang tidak berakal yang saya tuliskan diawal tulisan ini mungkin bisa dicontohkan sendirilah, apa kira-kira yang cocok untuk yang bisa mewakili makhluk-makhluk yang tidak berakal yang ada dan terlihat oleh Saudara-Ri Nusantara diatas jadi bisa menjadi fasih untuk mencapnya silahkan itu adalah menjadi hak masing-masing personal asal jangan sampai menjadi keseriusan Orang ITE yang sedang mencari sebuah fitnah yang tepat dan bisa otak Atik serta dipelototi menjadi Object diluar akal tadi, agar supaya menjadi, "I am is mine, everything is wrong outside of me, because so you know that, I am in power, that power is me, out of there there is no power, everyone must obey government regulations, in that regulation I am also the Government.
  4. Bentuk UU yang masih dalam masa penggodokan atau saya tidak tahu mungkin sudah disyahkan banyak dari Kaum Elit Pemerintah meneriakkan yang bisa menggampangkan cara situasi dan kondisi Yang disesuaikan dengan kata-kata yang mudah tapi hina dari pandangan hak azasi manusia dan demokrasi, "seperti ; Tangkap, Adili, Penjarakan, Jangan Dimanja, Hukum Sesuaikan atau cari yang cocok dengan UU, Tebarkan HOAX tandingan [Buzzer & Hoaxcer], Menjalankan UU, PHK saja karena masih banyak calon buruh, Adili, Cari yang jago cuap-cuap bila perlu tukang obat pinggir jalan untuk membantu Pro mereka apapun jabatannya tidak menjadi masalah, ada yang berbau Agama [Kiai, Ulama, Anggota TNI yang bersih] singkirkan dari kerumunan, batasi pergerakan mereka dengan Corona, ini hanya sebuah ilustrasi cara pandang orang awam seperti penulis dalam Point (4) empat ini, jadi sikap pemerintah menjadi sumber perintah otoriter mengikuti gaya lebih dari pemerintahan yang otoriter sekalipun, petugasnyapun lebih sigap seperti menangkap teroris atau gembong mafia, dlsbgnya
  5. Secara tidak sadar semua apa yang telah menjadi pedoman serta apa yang sedang dia pertahankan, Allah SWT sedang mempertontonkan apa yang sedang mereka katakan dan dikerjakan untuk Negara ini yang sebenernya, dimana saya perbandingan dengan Anak STM sajah mungkin secara logika sudah bisa disebut yang golongan lebih berakal dari mereka itulah sebagai bahan perbandingannya [kalau saya bandingkan dengan Kaum Intelektual yaitu para Mahasiswa Terlalu tinggi dari sebuah harga Akal sehat atau Logika ini], karena kepada para Anak STM, saya salut serta angkat Topi kepada mereka, karena tidak memahami sebahagian isi UU yang sedang di Demo sudah mempunyai Akal [sudah mempunyai sifat peduli kepada perasaan Serta Hak-hak Rakyat dan Bangsa] diluar nalar dan logika itu adalah sifat ingin membela serta membantu kesusahan Rakyat dan Bangsa secara sosiologis "Kami [Anak STM ikuti membela atau turut turun berjuang ini adalah merupakan hak-hak akan jiwa ingin membantu berjuangan demi penderitaan Rakyat dan Bangsanya], saya memberikan apresiasi dari sisi ketulusan untuk membantu berjuang [bukan dari sifat Keonaran] karena kalau dilihat mereka bukan onar akan tetapi ikut membatu berjuang [mungkin itu kata yang cocok dan benar], penulis bangga mempunyai Para Penerus Bangsa dan Negara yang mempunyai keberanian serta penuh penjiwaan, itulah sebagai gambaran jiwa-jiwa satria calon patriot Bangsa dan Negara di masa yang akan datang ke depannya, bukan dari kaum kolot, yang ngotot terus melotot mempertahankan kaum penyokong dibelakang mereka.
  6. Ada sebuah kata yang terlontar menjadi makna, menjadikan pedoman akan fakta, yang saya pernah dilihat di acara Lowyer Club' TV One, saat di wawancara secara on line atau Daring dihadapan peserta lainnya [Tema kalau tidak salah Masih ada Kekhawatiran Bangkitnya PKI], Seorang dan suka memakai batik juga dia sebagai Kiai atau jebolan Pesantren pejabat Pemerintahan sering bulat Belit dan berkata bahwa, cara pandangannya Mbulat atau Blunder kaya bola, seolah-olah semua Masalah dia bisa menguasai serta menatrakisir dengan semua kata-katanya, kalau saya sedikit petik kata-kata itu adalah sebagai berikut "seolah-olah biarkanlah mereka berbeda pendapat toh yang akan berantem antar mereka sendiri" sering juga berkata setiap pemerintahan juga diprotesnya sama seperti itu, inilah perkataan itu bukan sebuah cerminan seorang pemimpin malah cenderung mengadu domba, bukanlah mereka berunding dan beradu argumentasi mencari titik ketemu untuk mengentaskan keputusan yang terbaik dan baik untuk Rakyat, Bangsa dan Negara ini, jadi kata-kata sebagai gong atau pembunuh semua jareakter kata-kata yang sedang dipermasalahkan, sampai kapanpun mau dibicarakan diatas langit ataupun awan dan didepan dewa seumpamanya tidak bakalan menjadi dapat titik temu, semua permasalahan hanaynmwnguap dengan terbawa oleh pandai serta lihainya sikat kata dari Beliau Tutik jadi tidak ada koma ataupun point berikutnya, itulah dari sikap dari Pemimpinnya sudah begitu terlalu untuk Negeri ini berbuat serta luar biasa kearah yang membingungkan agar supaya orang bertambah bungungnya itulah mungkin taktik bargaining mereka, belum menantang kaum milenial sudah menyumbang apa buat Negara, tantangan itu tidak sadar akan perkembangan dari sebahagian dari Anak dan Cucu mereka ada dilingkungan umur tersebut dan juga sebagai bagian dari Rakyat dan Bangsa juga, sekarang kami contohkan mereka yang memberikan prilaku kurang pas saat di depan Istana Negara dan setelah sidang atau rapat apa yang mereka lakukan dari pimpinan Negara Indonesia itu ber Tik Tok tersebar di media sosial [Warga Net], saya yang yang tidak waras sajah melihatnya malu Bapak-bapak yang terhormat, mungkin malah jijik melihatnya [Masa Tingkat Pimpinan Pemerintahan Memainkan Tik Tik yang merupakan sebuah tindakan kurang maslahat dan tidak ada guna serta manfaat bagi mereka sendiri juga, inilah sudah menjadi bahan ledekan Para Ulama di Majelis] ya Allah ya Rabb, beginilah Indonesia, kami Melihat, kami Memperhatikan, Mencerna semua tindak tanduk yang ada Pusat dan Daerah dalam tubuh pemerintahan sekarang walaupun TV semua dibungkam kami bisa jelas seluruh Rakyat dan Bangsa dari Sambang sampai Merauke memperhatikan, inilah baru hebatnya, maju, bekerja sebuah potret Indah Indonesia Raya.


Dari sebuah gambaran pada judul yang saya angkat dalam cerita ini, yang dituliskan sebagai Kaca Mata [sebuah symbol] itu isinya adalah antara lain ;


  1. Bisa dilihat dari sisi pandang Kaca Mata Penduduk Seluruh Rakyat Bangsa Indonesia.
  2. Penglihatan dari sisi tolok Ukur Kaca Mata Hukum UU Perburuhan, Pertanian, Minerba, Perijinan dll, kita serahkan kepada ahlinya atau para pakar Hukum Tata Negara yang lebih fasih dalam kaca mata perundang-undangan yang sudah ada [Semua menjadi resume kurang masuk akal dan logika mereka para pakar UU], berarti itu sudah menandakan cacat dimata publik yang benar-benar memandang secara akal yang sehat dan logika bagi kepentingan Rakyat dan Bangsanya, bukan bagi kepentingan kelompok, yang cari muka karenabjabatan dan pengen kebahagian porsi jabatan dlsbgnya.
  3. Dari sisi pandang Objective Para Buruh yang merasa hak-haknya di rampas oleh Pemerintah sebagai kepanjangan dari yang memiliki UU, yang seharusnya membela Hak-hak protektif yang lebih utama kepada Upah Buruh karena itu bahagian dari Rakyat sebuah pemerintahan yang wajib dan taat pajak yang sebahagian gaji serta fasilitas mereka merupakan bagian dari itu.
  4. Terlihat jelas dari sebuah sisi pandang Kaca Mata Kaum Intelektual Para Mahasiswa-mahasiswi Seluruh Indonesia yang merupakan baromater netral Dari sytem Negara Demokrasi.
  5. Cara sisi pandang Kaca Mata Bathin Kaca Jenggala, yaitu para kaum supranatural yang akan selaku membantu mereka-mereka dari sisi manapun tidak peduli sisi itu baik atau buruk yang penting mereka kebahagian Sesuatu hadiah amplop atau Pulus, inilah yang membuat atau merumitkan keadaan menjadi suasana keruh, dengan keyakinan akal tadi.
  6. Memandang secara Arif, Musyawarah, dan bijaksana dari sisi Kaca Mata Logan Lopian biasa ini ada sebahagian ciri pandang di titik tengah dan ada juga lebih condong dan banyak ke sisi untuk lebih baik memebela Hak-hak keadilan, kebenaran dan kedaulatan Rakyat dan Bangsa 
  7. Menunggu sisi serta Cara Pandang dari Seluruh Suku-suku Bangsa [dalam sisi ini belum turun, apabila sudah turun dan ikut serta seperti apa jadinya Negara dan Bangsa ini, wa Allahu A'lam bisowab], kelompok ini merupakan cerminan serta gabungan seluruh Rakyat Indonesia, yang menyeluruh merupakan bahagian dari seluruh Suku-suku yang akan menjadi dan serta berimbas kepada sisi pandang atau mosi tidak percaya secara menyeluruh kepada Para wakil mereka nanti.
  8. Para Golongan Partai Politik adalah alat atau jembatan Para Pemimpin Pemerintahan, para seluruh Angota DPR-RI, dan jabatan lainnya yang sedang bergotong royong mempertahankan yang penulis sebutkan tidak punya sudut atau cara pandang kacamata [Bisa Kaca Mata Gelap atau Tembus Pandang], dengan merek Kapitalis - Oligarki / Para Cukong, kemungkinan satu merek dari yang mereka pakai apabila mau diskusi mereka pake tajam-tajam supaya tidak akan kalah dari semua pembicaraan kepada pemakai kacama dari merek lain, sedangkan apabila sudah masuk keranah mereka akan mereka keps supaya tidak kehilangan dari pandangan, Jabatan, Perihatin, Porsi dlsbgnya.

Semoga dengan judul tulisan ini yang mengangkat cara memandang dari sisi Kaca Mata yang mana kira-kira yang akan lebih membantu semua kesulitan kehidupan dan tumbuh kembang ekonomi yang sangat berat ini, semoga dengan tulisan diatas menjadikan cara pandang yang lebih bisa berorientasi Positive, Inspiratif dan juga harus ber-Innovative serta bersinergi kepada Hak-hak Rakyat dan Bangsa, karena sebagai Khalifah yang mempunyai akal seharusnya bisa lebih menggunakan akal dan pikirannya dari sifat-sifat makhkuk lainnya yang tidak mempunyai akal, sehingga sikap berakal itu menjadi multy oriented sebagai Khalifah di muka bumi ini, untuk saling menjaga akan kesinambungan Alam Jagad Raya ini, termasuk makhluk-makhluk yang ada didalamnya,

آمين يارب العالمين


Semoga Negara Republik Indonesia selalu ada dalam lindungan Allah SWT, dan kita dan kami semoga tetap selalu Eling Lan Waspada dengan geliat Alam, karena Alam juga sama punya nafas serta resonansi kepada semua makhluk yang berada di punggungnya, yang akan selalu menggeliat atas dasar perintah dan Hak-hak di diperintahkan oleh Sang Maha Khaliq, Aamiin ya Rabb.

اللهم صل على سيدنا محمد

وعلى ال سيدنا محمد.

Salam Silih Asah, Asih & Asuh.


Jaja Juharja.

Sabtu, 07 Nopember 2020

Salam Siliwangi Terakhir.

Salam Kokok Ayam Jantan Dari Timur.

Salam Cangkok Wijaya Kusumah Menggapai Seroja.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Jagawana Batas Leuweung Jati Membentang sampai Cikamurang Sumedang

Perbedaan Bukan Halangan Kemungkinan Sebuah Rasa Cinta

Belalang Sebagai Rezeki Atau Hama [Merupakan Panganan Halal].