Tegaknya Padjadjaran Dan Alam Parahiyangan.
NYAWANG KAHAYANG, NGAHONTAL LOGIKA, MAPAY SYAREAT DAN MAPAG HAKEKAT
Sih hapunten Abdimah teu gaduh nanaon atuh, Sareng teu bisa naon-naon atuda, main atuh ari gambaran mah seueur, jeung kahoyong jeung sajabina, iyeumah nuju nyarioskeun nu bakal ngajadi lalakon teh, katurunan ti Tanah Sunda Padjadjaran dari titisannya yang masih muda belia [Ngora Keneh-Cashing Muda-Seh Enom].
[Bahasa Sunda Translate : Mohon maaf beribu maaf Saya ini tidak punya sesuatu apapun baik ilmu maupun rupa bentuk barang, kalau pemikiran mah sangat banyak, apalagi keinginan dan lain sebagainya, ini hanya ingin menjelaskan atau mengungkap sesuatu yang menjadi cerita dalam cerita ini, adakah yang menjadi Satria itu merupakan keturunan dari Sunda Padjadjaran].
Kalau kita membuka dan menelusuri dari banyak cerita dan literatur Layang, Wangsit, Sinom dan ataupun Serat dari jaman ke zaman dari kerajaan di wilayah Indonesia ada yang bisa ditarik lurus serta benang merahnya, yang sama-sama merujuk kepada Sunda Land atau Para Leluhur Padjadjaran pada saat itu, kita coba guar dan telisik lebih jauh kepada isi Wangsit Siliwangi yang sudah diguar serta sering tembangkeun ku Aki Lengser, supaya menjadi penggugah hati dan penglipur lara masa jayanya Kerajaan Padjadjaran, coba kita sama-sama harus menjalankan dan menerapkan tindak tanduk dari Silih Asah, Asih dan Asuh, dan sama-sama berdoa untuk dan akan menjadikan sebagai kemaslahatan umat di seluruh Sunda Padjadjaran.
Menurut Ramalan~Layang Prabu Jayabaya dan pertanda serta tanda-tandanya adalah diantaranya sebagai berikut ;
1. Sakti Tanpa aji-aji.
2. Masih keturunan campuran
Mataram + Padjadjaran.
3. Berdarah Biru.
4. Bisa menguasai ilmu lawan dalam
beberapa detik (*karena hakekat
ilmu satu dr Maha segala Maha)
"Allah SWT.
5. Dari kecil diasuh oleh Eyang
Sagoro [Eyang Samudro].
6. Berarti masih termasuk cucunya
dari Eyang Lawu.
7. Cucu Kesayangan dari Eyang
H. Agung Mataram, Eyang
H. Dalem Tajimalela [Sumedang
Larang], Eyang Jagad Nata &
Pengawalnya [Panjalu], Eyang
Prabu Siliwangi [Pakuan
Padjadjaran], Sunan Rohmat Suci
[Caruban], Sunan Gunung Jati
[Kesultanan Cirebon], Eyang
Sunan Kalijaga [keilmuan Eyang
Gajah Mada, Eyang Dozol-Eyang
Dogol-Eyang Dongkol, Eyang
Donggu].
8. Membebaskan Eyang Gandasari,
Mbah Giman di Purworejo, Eyang
Ular Putih dari Brebes Sepanjang
Pantura dll.
9. Titisan Syareat Ilmu Pangeran
Wijaya Kusumah Bin Pangeran
Purba Sora, Bin Semplak Waja,
Bin Wreti Kendayun [Itu keturunan
Raja semua dan yang tidak
sempat menjadi Raja adalah yang
terakhir yaitu Eyang Pangeran
Wijaya Kusumah] beliau keburu
wafat sempat menjadi Team
Penasehat Taktik Perang
Melawan Belanda pada zaman
Raja Pangeran Jayakarta
[Pangeran Palettehan].
10. Keturunan Syareat dan Karomah
Ilmu dari Karuhun Raja2
Nusantara dari karomahna
asmaning asma
JAYA/JOYO/WIJAYA-WIJOYO-
WIJAYANTI, semua di awali
oleh Nama Rajya Jaya dan
Wijaya Jaya, seperti mulai dari
Rajya-Rajya [Panan Joyo-Prabu
Darma Kusumah, Pangeran
Ongko Wijoyo, Wangsa Sanjaya,
Pangeran Joyo Boyo, Pangeran
Brawijaya V, Raden Wijaya,
Pangeran Hadiwijaya, Pangeran
Suta Wijaya, Pangeran
Jayakarta dan seterusnya ~
sampai ke Pangeran Angka
Wijaya Raja Sumedang Larang,
yang terakhir yaitu Pangeran
Wijaya Kusumah [Dan dicatat
sebagai Nama Gunung yang
Tertinggi di Indonesia yaitu
Gunung Jaya Wijaya di Papua].
11. Mekarnya Kembang Cangkok
Wijaya Kusumah Jam 01.00
WIB di Batu Tulis Bogor, Sunda
Wiwitan jl Padjadjaran, bulan
Desember satu Minggu dalam
penutupan Tahun 2017, sebagai
simbol atau amanah mekarnya
alam jagad buana Padjadjaran
Anyar.
12. Perjalanannya dari mulai Timur
menyusuri Kerajaan Bali,
Gudangnya Trowulan di
Majapahit Jawa Timur, sampai
ke Sanghiyang Sirah di Ujung
Kulon.
13. Situs Gunung Padang Cianjur
diatas ada juga tempat untuk
bertapanya Raja Prabu
Siliwangi dan Tempat duduknya.
14. Di Puncak Gunung Tampomas
ada patempatan untuk tempat
bersemedinya atau pertapaannya
Eyang Prabu Siliwangi.
Semoga dari ciri-ciri atau tanda-tanda tersebut, kita berdoa semoga dan moga-moga Satria Nusantara sudah berada di tengah-tengah Tanah Pasundan Padjadjaran [Kota Parahiyangan Bandung], sebagai Iqon Kota Pasundan dan Kota Kerajaan Sumedang Larang yang ada di Timur Gunung Manglayang sebagai Tapal Batas perbatasan Sumedang dan Bandung, dan makanya di atas Gunung Manglayang ada yang disebut Tapal Kuda [Tapal Batas Berkuda] zaman dahulu apabila ke atas harus mendaki dan jalan kaki sampai Puncak Tapal Batas Perjanjian antara Sumedang dan Bandung, yang telah di ulas dalam cerita di Blogs dan Website saya yang berjudul, "Hutan Jati Batas antara Cirebon dan Sumedang. Salam hormat,
Jaja Juharja
Jumat, 17 Juli 2020
Salam Siliwangi Terakhir
Komentar