Puisi Terbang Bersama Garuda

Puisi Penerbangan Bersama Garuda Indonesia.
Setiap saat melihat bentangan sayap pesawat ada sedikit harapan, dimana mulai terbang dan setelahnya pasti akan segera mendarat.

Hati sangat bersemangat tatkala masuk di ruang boarding pass, walaupun sampai di ruang yg dituju  tetap masih menunggu kapan dirimu tiba, akan tetapi masih ada besar harapan untuk segera memulai terbang menjemput angkasa.
Apalagi setelah hadirnya krue manives, menerangkan bahwa nomor dalam secarik kertas dalam genggaman, pada saat telah terpanggil untuk segera memasuki awak pesawat, betapa gundahnya hati riang berbunga semoga diantara yang berderet menyambut salah satu dari Bidadari Chantiku juga ada disana, sayang disana hanya ada beberapa gadis pramugari asing dan tak mengenal diriku ini, walaupun dia menyapa lembut serta merunduk dihadapanku, tapi hati mereka kelihatan kosong bagi diriku, karena mereka hanyalah sedang tugas dan bekerja.
Kurebahkan badan di tempat duduk dengan mencari posisi tegak lurus, dan yang sekiranya nyaman saat nanti pesawat take off serta melayang ke udara setelah berlari kencang di jalur pacu bandara.

Setelah merasa tegang, serta kikuk, sedikit rasa kekhawatiran hati terasakan dah-dig-dug jantungku berdegup kencang seperti perasaan dekat bersamamu, tetapi ini karena  dimulainya gemuruh deru mesin jet bercampur dengan terasanya getaran roda pesawat yang berputar saking cepatnya dengan kecepatan Match 1, untuk melontarkan badan pesawat menuju angkasa raya.
Begitulah alunan seni pacu adrenalin detak jantungku terasa semakin mempercepat tempo bertalunya bersamaan dengan sebuah alunan rasa cinta yang abadi yang bersemayam murni bersih di dalam ruangan paling dalam "Qolbu Perasaan", jantungkupun masih tetap berdetak semakin tenang bersamaan dengan moncong pesawat tersakan sudah terbang konstan mendatar sejalur alur kulit Bumi Pertiwi, dan detak jantungku semakin terasa mulai teratur bersamaan dengan hinggapnya bayangan hati yang menerawang yang nun jauh ke sebuah gumpalan awan putih yang bersih dan suci sepeti hati bidadariku, terkadang kuteliti di setiap sela-sela gumpalan awan sekiranya dirimu ada di balik  awan tersebut, wahai Bidadari Chantiku sekiranya mungkin menyelinap terbang dengan sayapmu yang putih indah, sambil melambai mengatakan sebuah perasaan rindumu pada diriku, disela penerbangan sedang berjalan persaanku menjadi terusik disaat pramugari menawarkan sebuah cup kopi atau teh yang sudah ada digenggaman mereka, tak terasa degup jantungku terasakan tersentak karena ada ruang kosong diudara atau terkenal dengan sebutan jetlag, tersakan badan pesawat sedikit terhempas ke bawah akan tetapi bersamaan dengan itu kembali terbang normal datar seperti semula, arah mataku tertuju kembali mencari Bidadari Chantiku di balik awan yang sangat berbeda dengan kemilau kuning bersamaan dengan mulai surupnya sang Surya dengan denyut nadi yang berdetak seirama dengan kerlip lampu navigasi yang seakan menembus jantungnya Sang Awan yang berwarna indah lembayung terbalut sutera, tersorot ketajaman lampu sorot pesawat dan kedip lampu navigasi.
Kapten pesawat serta co kopilot sudah merendahkan putaran jet sebesar 90%, dibarengi dengan speeker intruction to Leader Awak Kabin Pramugari untuk memberitahukan pada para penumpang untuk mengenakan kembali sabuk pengaman, karena sebentar lagi Pesawat akan mendarat.
Semua lamunanku pupus dan hilang sudah dengan mulai terdengar menderunya rem hidrolik mekanikal di sebelah kiri kanan sayap pesawat, betapa gentaran-getaran rasa dan perasaan selama teringat kepada kehadirannya seorang Bidadari di atas Awan, seakan berakhir dengan getaran deru pesawat bersamaan dengan kontraksinya roda pesawat menyambut jalur pacu landasar dengar sedikit bergetara hebat disambut dengan denyutan jantung yang terselimuti drenyitnya roda pesawat serta kontraksi rem mekanik pesawat sedikit mengguncang saling bersahutan dengan pekik jeritan para penumpang yang sedikit takut, panik [Achh bersamaan], pesawat mulai melambat dan menuju parking pesawat yang telah ditentukan oleh menara pengawas bandara, rasa takut dan bimbang sudah terhapus dengan di selinginya rasa rindu yang lega dengan ketenangan yang dalam serta rasa senang di iringi rasa lega, karena baru sajah telah mendarat dengan selamat di jantung hati yang tercinta bersama Penerbangan Garuda Indonesia Air.
Setelah menerawang angan-angan bersama sebuah penerbangan, dan apabila kita sekiranya mempunyai sayap, kemungkinannya sudah setiap saat serta waktu terbang ke balik hatimu, dimanapun ada atau keberadaannya Sang Bidadari Chantiku, walaupun berada di awan yang tinggi yang nun jauh di langit yang biru sekiranya pasti akan ku kejar.
Akhirnya para penumpang sudah berkemas dan bergegas turun satu persatu melewati pintu pesawat bagian depan dan belakang pesawat.

Hati yang tadi begitu menerawang kian kemari melihat gumpalan awan putih sekiranya Sang Bidadari Chantiku bertemu disana, disaat lamunan itu hilang diganti dengan rasa syukur yang sangat dalam serta dengan hati yang berbunga serta nan indah, karena di depan mata sudah tergantikan dengan sosok bangunan Bandara Internasional Kertajati, Majalengka Jawa barat, Indonesia.


Jaja Juharja
Rabu, 29 Juli 2020
Salam Siliwangi Terakhir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Jagawana Batas Leuweung Jati Membentang sampai Cikamurang Sumedang

Perbedaan Bukan Halangan Kemungkinan Sebuah Rasa Cinta

Belalang Sebagai Rezeki Atau Hama [Merupakan Panganan Halal].