Misteri Gunung Menangis
Saat perjalanan panjang dari Malinau - Tanjung Selor - Berau - Sangata - Samarinda, karena sampai di Berau sudah hampir satu hari satu malam, dan akan dilanjut perjalanan yang sangat panjang dari Berau ke Sangata, sampai di dusun perkampungan transmigrasi sebelum kota Sangata jam sudah menunjukan jam 18.00 pas shalat magrib sambil istirahat, dan mencari tempat makan kebetulan hanya satu warung makan yang buka disitu yaitu warung makan Padang dari tulisannya, karena teman kebetulan badan sudah tidak kuat dalam perjalanan, sehingga memutuskan untuk balik kanan dari Sangata kembali ke Kota Berau, karena alasan tersebut adalah :
1. Badannya sudah kelelahan
selama perjalanan, sedikit mabuk
darat dan masuk angin.
2. Pertimbangan lain disangata
ternyata kota kecil tidak ada hotel
disana.
3. Keputusan lain yaitu akan sulit
kembali membawa pulang ke
Malinau dengan kondisi jalan
serta waktu perjalanan bisa
ditempuh dengan jarak 4-5
hari/malam, itu tergantung
kondisi kekuatan mobil dan pisik
kita dijalan.
4. Apabila bawa mobil akan lebih
mudah di semua tempat atau kota
yang dilalui, sulitnya ada sebagian
kota di Kutai harus disebrangkan
oleh perahu poton, jadi tidak
semua jalan ada jembatannya
terkadang jembatan belum ada.
5. Ada alternative ke dua balik kanan
ke Berau dengan resiko, pada
kondisi malam hari penduduk asli
disana tidak ada yang berani
melewati gunung menangis yang
tadi sudah terlewati, berarti pada
saat tengah malam persis
bearada di tengah hutan
puncaknya atau di punggung
gunung menangis tidak ada satu
kendaraanpun yang lewat disana
itu yang menjadi pertimbangan
rada sedikit parno mistis tersebut.
6. Apabila tidak balik kanan ke Kota
Berau di Sangata tidak tersedia
Hotel untuk beristirahat disana.
7. Walhasil dengan keputusan bulan
kita berdua dengan teman, mau
tidak mau langsung memutuskan
untuk tetap balik kanan dari
Sangata.
8. Diputuskan sampai Kota Berau
Mobil Mitsubishi Strada Triton DC
versi turbo terpaksa diparkir di
Bandara Berau dan berlanjut
dengan pesawat Kalstar ke
Samarinda [besok paginya
rencananya].
Dalam perjalanan balik dari Sangata saya pribadi sudah filing bahwa di tengah hutan tersebut akan mendapatkan sambutan yang sangat baik dari semua penghuni hutan atau gunung menangis tersebut, mulai masuk punggung bukit atau puncak gunung sudah disambut dengan kabut tebal yang hampir 2-3 meter jarak pandang normal, mana lampu kabut belum tersedia kita coba tembak dengan lampu jauh malah berbalik silau dan mantul, perjalanan tetap berlanjut karena sempit dan kondisi jalan, serta kiri-kanan dengan jurang menganga ditambah dengan jarak panjang yang kurang bagus pas sudah hanya bisa merayap dan hati-hati mana jarak tempuh diatas punggung gunung tersebut apabila dengan kecepatan yang makam itu saya bawa bisa 3 jam lamanya di atas bukit menangis tersebut. Dalam tebih mulai terlihat Landak hutan keluar mendapatkan hangatnya jalan tanah berpasir tersebut bercanda sama temannya, lebih jauh keluar monyet berbulu merah pada gendong anaknya seperti berjemur di pinggi jalan, yang tersorot lampu dalam suasana kabut tersebut jelas banyak sekali, karena saya serius melihat keadaan jalan tidak bisa kerekam semua disekeliling mobil yang berjalan tersebut, karena bahaya kiri kanan jurang kalau tidak hati-hati dan full konsentrasi bisa fatal urusannya, saya sempat isaratkan kepada Teman Pak di belakang banyak roti yang belum termakan kasihkan aja ke mereka Pak, karena teman itu sangat ketakutan tidak cukup berani untuk memberikan/melempar roti itu keluar jendela mobil, malah dia bilang jangan Pak Jaja takut, pintu sudah dikunci belum takut ada di belang, ya sudah jawaban saya singkat, semua monyet yang ekor panjang pendek dan yang hitam semua keluar seperti di pasar ramai, sampai akhir ketegangan itu hinggap dibarengi degup jantung yang saling bersahutan silih berganti.
Akhirnya sampailah juga di Berau pada jam 03.00 dinihari tadi berangkat jam 07.00 WIT dan langsung pesan hotel untuk istirahat, karena besoknya sudah terbang ke Samarinda by Kalstar, mungkin di Samarinda bisa dua (2) hari untuk melepas lelah, tegang dan capai di hotel. Dan seterunya melanjutkan ke Tring - Long Iram - Melak - Long Bangun - terakhir di Sungai Boh. Selamat jelajah alam Borneo.
Jaja Juharja
Salam Siliwangi Terakhir
Komentar