Perjalanan Terus Berjalan, Adapun Halangan Serta Rintangan Itulah Kuasa'Nya, Kita Tetap Berjalan Demi Rakyat, Bangsa Dan Negara
Menyimak dari beberapa Uga atau wangsit serta Serat dan juga Kitab Joyoboyo maupun Wangsit Siliwangi, ada sebahagian perjalanan yang harus diperjalanan ada juga sebahagian goro-goro akan tetap menjadikan sebuah fenomenal Alam Jagad Buana ini, semua petuah dan rambu-rambu untuk itu sudah di senandungkan, disampaikan, atau di berikan, akan tetapi pelaku semua keukeuh pada pendirian masing-masing karena karakter-karakter itulah yang sedikitnya membawa serta mempersempit nalar logika manusia, kami dalam perjalanan tidak dari bentuk serta kejadian apapun bukan merupakan sebuah bentuk halangan perjalanan atau hambatan karena kejadian-kejadian itu yang sudah tertulis di Uga maupun Jongko Joyoboyo akan menjadi kenyataan, dan tidak akan bisa dihindarinya, semoga Saudara-Ri tetap Eling Lan Waspodo dalam sekelumit tentang Bangsa ini.
Sebetulnya dalam sebuah perjalanan yang sesungguhnya tidak terpengaruh dengan kejadian atau bentuk apapun yang ada kejadian di dalam Negara hanya tinggal [Waiting and See], karena kejadian tersebut adalah murni dari akibat ulah manusia itu sendiri, sudah terlalu banyak menutup-nutupi hak kebenaran dan keadilan buat orang banyak/Rakyat] sehingga banyak terjadi kejadian aneh-aneh di luar akal serta logika, baik itu mau yang ada di atas maupun Menengah, kelompok Politik maupun Pemerintahan, apabila bentuk keadilan sudah disamarkan oleh Cukong-Oligarki, dan telah tidak dipedulikan sama sekali maka yang akan terjadi adalah, sebagai berikut ;
- Pembelaan dengan kelompoknya masing-masing, seperti kaum buruh pabrik dlsbgnya.
- Para Mahasiswa akan tampil adalah merupakan pemikir-pemikir muda yang masih murni dan bersih dan akan lebih condong kepada pembelaan kaum lemah serta keutamaan atas hak-hak dan kebenaran atas Rakyat serta Bangsanya.
- Timbul kelompok-kelompok Indevenden yang atas dasar kemurnian dalam pemikirannya atau pendapat-pendapat yang ingin melihat agar supaya hak-hak Rakyat dan Bangsa Indonesia ini, senantiasa menjadi suatu hak yang mutlak di terima sebagaimana Rakyat dan Bangsa yang benar-benar merdeka dan berdaulat di Negaranya sendiri, apabila yang muncul atau mencuat saat ini ada beberapa kelompok yang sangat dominan dengan beberaoa kriteria baik memang tapi terkadang ada sedikit kepada arah yang exsclusife atau cenderung kepada faham kaum mayoritas, dalam tulisan ini ingin mencoba mendata atau mendefinisan, sesuai bahasa yang sederhana dan gampang di cerna oleh akal serta logika pikiran kita, ada beberapa faktor yang utama yang sehingga kejadian ini menjadi pemicu munculnya kelompok-kelompok sebagaimana di bawah ini, antara lain ;
- Kelompok Kami murni pembela hak-hak moral serta keadilan dari gerakan Para Kaum yang sangat loyalitas kepada Nasionalisme yang tinggi yang memebela semua golongan, yang sangat didukung penuh oleh pemikir-pemikir Senior yang sudah Purna Bhakti, akan tetapi masih tetap eksis di depan pembelaan Hak-hak keadilan, kebenaran dan kebaikan untuk Rakyat dan Bangsanya.
- Kaum Agamis yang didengungkan oleh seluruh penggerak demo 212, memang mempunyai hampir sama tujuannya serta penjuangannya seperti kaum dari Posisi Pergerakan Kami, dalam pergerakanya untuk membela hak-hak kebenaran, kebaikan serta keadilan bagi seluruh Rakyat dan Bangsanya, ini bentuk-bentuk pergerakan dengan rasa yang terpanggil bagi penegakan keadilan dan rasa ketertindasan dan pergerakan ini menjadi terpisah satu kelompok dan kelompok lainya yang terlihat seperti masing-masing faham yang akan menjadi perbedaan atau kontra pada masing-masing bagi anggota lain yang seperti [Anggota NU, Muhamadiyah, Ahli sunah Waljamaah, Para Ulama/Kiai Pondok Pesantren di seluruh Indonesia] diantaranya ; ° Dasar pembelaannya berdasar flatform Agama Islam [padahal Islam sendiri adalah Kaum Mayoritas di Negeri ini] di Negara Kita ini yang menjadikan polemik, perdebatan ada diantaranya yang pro serta kontra karena masing-masing sisi pandang yang berbeda dan akan yakin akan saling terbentur antara satu serta lainnya], sebetulnya memang baik atau Benar dalam tujuannya tapi jangan dipelesetkan dengan hal-hal yang akan mengurangi nilai-nilai dari Agama Islam itu sendiri, selamat berjuang Saudara-Ri.
- Kelompok Ormas di seluruh Jawa Barat, Banten dan termasuk DKI, yang sudah sangat jelas dalam hal ini akan menjegal atau menghalang-halangi FPI apabila anarkis serta turun ke jalan dan berada di garis terdepan Polri [kelihatanya]. Akan tetapi Ormas ini hanya menghadang pihak dari Kaum FPI saja, akan tetapi apabila yang berdemo itu Buruh, Mahasiswa, Element Rakyat dan Kami berdemo mereka justru dalam penglihatan saya aja tidak ikut campur atau tidak akan menjegal, dan ini sangat berbeda dengan FPI [berarti mereka kontra FPI], inilah merupakan peta politik yang Saudara-Ri harus pelajari dengan matang serta waspada, karena apabila tidak terkonsolidasi Demo tersebut akan menjadi pecah dan sangat berbahaya.
- Kelompok Pelaku Budaya, Persatuan Paguyuban, Padepokan, Paranormal, serta Suku Bangsa belum merapat pada posisi manapun karena belum terlihat gejolak maupun gelagatnya, bukan berarti diam tidak mempunyai pandangan pembelaan Hak-hak atas Rakyat dan Bangsanya, semoga kekuatan ini tidak ikut turun, apabila ikut turun, entah apa yang akan terjadi bagi Negara Indonesia yang sangat tercinta ini, wa Allahu A'lam bisowab.
Yang menjadikan sebab serta akibat dari bias atau point terjadi tersebut salah satunya dan diantaranya, adalah ;
- Para Pemimpinan yang sudah nyata dan jelas mengesampingkan kebenaran serta keadilan buat Rakyat dan Bangsa.
- Kaum Elit Politik sudah banyak dan gampang hanya dipermainkan oleh Uang dari Cukong-Oligarki.
- Politik tertentu sudah menjadi sarang atau tempat embrio untuk menjadi tonggak sejarah batu loncatan atau tangga serta estafet kamuflase untuk mencetak Pemimpin-pemimpin mereka serta regenerasi dengan memasukan sedikit-sedikit embrio faham [*PKI] dari pendahulu mereka, pada Point (3) tiga ini adalah merupakan kehati-hatian kita bersama jangan sampai kecolongan dengan peristiwa G30SPKI pada Tahun 1965 yang silam.
- Pada dekade ini sudah muncul serta tergambar dengan jelas bukan karena pintar serta pandai dalam mengolah prinsifal berdemokrasi [arah politiknya sudah ke arah berbisnis - bukan lagi hanya sebagai menjadi wakil Rakyat yang Merakyat/ sudah ke arah Politik Uang atau Bisnis], seharusnya yang akan menuju kepada perbaikan, kebenaran dan keadilan atas hak-hak Rakyat serta Bangsa akan tetapi merupakan regenerasi atau kelanjutan dari penerusnya sudah di setting sedemikian rupa dengan adanya politik uang, nepotisme dan kekuasaan seperti halnya yang banyak terjadi adalah ; Bupati, Walikota, Partai Politik, DPR-RI, seperti pada Suaminya dilanjutkan dengan mencalon yang jadi Istrinya, Anaknya, Saudaranya, Keponakannya dan lain sebagainya ini menandakan ada kekuasaan, ada uang serta ada nepotisme itu akan tidak terhindar dari situ, memang sebenarnya gak siapapun akan atau untuk mencalonkan adalah merupakan hal wajar serta syah-syah sajah [bagi semua hak warga Negara], akan tetapi dari pandangan orang awam di tempat Itu ada kekuasaan empuk yang bisa digarap dan mudah untuk di tembus hanya bermodalkan dengan sebuah kekuasaan, nepostisme serta jelas UU Duit, pandangan ini akan terus berkesinambungan dan terus berevolusi sampai di suatu titik dimana titik bosannya seluruh Rakyat dan Bangsa akan menghentikanya [titik dimana Rakyat dan Bangsa ini akan jatuh rasa jenuh dalam melihat, memperhati dlsbgnya], wa Allahu A'lam bisowab.
Semoga pemikiran-pemikiran yang benar, murni serta fresh yang datang dari Generasi Muda Penerus Bangsa akan sedianya terjaring dan menjadi tinjauan Politik yang baik dimasa yang akan datang bukan karena melihat dia asal muasal atau adalah sebagai ; Anak Gubernur, Bupati, Presiden, atau Anak Anggota DPR-RI atau Jabatan lainnya, saya yakin tindak tanduk sebagai calon yang merupakan benar-benar yang akan mengangkat ekonomi Rakyat dan Bangsanya, bukan menjadi pejabat hanya ingin menumpang hidup karena secara tidak langsung berbisnis susah mendapatkan untung yang lebih banyak seperti halnya banyak kaum Seni serta Artis yang berduyun-duyun menjadi Pejabat atau Pemimpin Daerah, saya yakin mereka bukan karena pandai dan benar sajah karena mereka mempunyai fasilitas Uang dan ketenaran dalam publik semata, jauh dari kata untuk memperjuangkan Rakyat Bangsa dan Negaranya [ada juga contoh yang baik tapi tidak semua baik], seharusnya mereka-mereka karena kuat modal dan dananya menjadi kesempatan sebagai tameng atau Wakil-wakil Rakyat dalam membela keadilan, kebenaran serta hak-hak akan Rakyat serta Bangsanya, karena dari rangkuman ini semua di sisi manapun atau Partai Politik, Pergerakan Agama atau lainya akan mendapat (2) dua kesimpulan yaitu akan mendapatkan sisi yang Pro atau sebaliknya ada juga yaitu yang Kontra, tergantung di sisi mana kita berdiri dan akan menyampaikan berbahasa, dalam artian yang kontra tersebut bukan benci atau tidak suka tapi berdasarkan akan perbedaaan pendapat itulah kemajemukan sesuatu pendapat di Negara Demokrasi Republik Indonesia, wa Allahu A'lam bisowab.
آمين يارب العالمين
اللهم صل على سيدنا محمد
وعلى ال سيدنا محمد.
Salam Silih Asah, Asih & Asuh.
Jaja Juharja.
Selasa, 24 Nopember 2020
Salam Siliwangi Terakhir.
Salam Kokok Ayam Jantan Dari Timur.
Salam Cangkok Wijaya Kusumah Menggapai Seroja.
Komentar